Finalis Satu Indonesia Award 2012 Eko Cahyono dari Malang)
Pembebas Buta Huruf
Dukung eko dengan klik disini
Selama 14 tahun, Eko Cahyono menyediakan layanan perpustakaan keliling
yang menjangkau seluruh kecamatan di Kabupaten Malang. Tujuan Lajang 32
tahun ini mengawal keberadaan Pustaka Anak Bangsa selama itu, sangat
sederhana tapi mulia. Masih ada anak-anak yang tidak sekolah, memicu
semangatnya untuk membuat mereka bisa membaca dan menulis.
Ide membuat perpustakaan didapat Eko tak lama setelah dia diberhentikan
sebagai pekerja pabrik tekstil saat krisis ekonomi melanda seluruh
negeri pada 1998. Selain ingin menularkan hobi membaca, Eko ingin
mengajak seluruh warga di desanya mulai dari anak-anak, remaja, pemuda,
ibu-ibu dan bapak-bapak untuk memanfaatkan waktu luangnya dengan membaca
buku.
Keberadaan perpustakaan juga menjadi tempat belajar bagi seluruh warga
desa agar bisa terbebas dari buta huruf. "Meskipun masih ada anak-anak
yang tidak sekolah, saya ingin mereka tetap bisa membaca dan
menulis,"ujar Eko.
Keunikan perpustakaan yang dibuat Eko adalah buka 24 jam penuh, tidak
memiliki katalog yang tersusun rapi dan para anggotanya orang bebas
meminjam tanpa batasan waktu dan jumlah buku yang boleh dibawa pulang.
Anggota pustaka yang berjumlah 8.000 orang menunjukkan keberagaman
status sosial mulai dari pelajar SD hingga SMA, ibu rumah tangga,
pemuda, tukang bakso, tukang ojek, dan sebagainya.
Saat ini koleksi Pustaka Anak Bangsa mencapai 53 ribu buku yang hampir
seluruhnya diperoleh dari sumbangan dan hibah baik dari perorangan mau
pun lembaga atau perusahaan. Buku-buku seperti Da Vinci Code, Harry
Potter, beragam karya Pramoedya Ananta Toer hingga kamus Bahasa
Inggris-Indonesia mennghiasi rak buku Pustaka Anak Bangsa. Pipit, siswi
Madrasah Tsanawiyah, juga menggemari buku-buku karya Dan Brawn.
Bermula dari kegiatan menyediakan bahan bacaan, saat ini Pustaka Anak
Bangsa mengadakan berbagai kegiatan. Contohnya, dari belajar komputer,
belajar melukis di kanvas, menonton film bareng, belajar memasak,
belajar menjahit, diskusi setiap Sabtu malam, hingga penanaman
obat-obatan tradisional.
Bagi pelajar SD atau madrasah Ibtidayah, Pustaka Bangsa melakukan
kegiatan rutin bimbingan belajar untuk mata pelajaran Matematika dan
Bahasa Inggris. Para pengajarnya berasal dari siswa SMA, mahasiswa yang
mengadakan kuliah kerja nyata atau guru lembaga kursus yang sama sekali
tidak dibayar.
Selain itu, Eko membantu beberapa teman yang juga anggota Perpustakaanya
untuk membuat perpustakaan di tempat tinggalnya. Saat ini tercatat ada
26 perpustakaan yang menjadi perpanjangan tangan Pustaka Anak Bangsa
yang tersebar di 35 desa di tujuh kecamatan se-Kabupaten Malang antara
lain Poncokusumo, Tumpang, Wates, Kepanjen. Imron mahmudi, salah satu anggota
Pustaka Anak Bangsa, misalnya, sejak lima tahun lalu mendirikan
Perpustakaa Harapan Bangsa di desa Belung kec. Poncokusumo
Lokasi Pustaka Anak Bangsa saat ini di Jalan Brawijaya Sukopuro adalah
tempat ke-sembilan. Untungnya Eko mendapat bantuan dana dari sejumlah
lembaga sehingga dia bisa membeli tanah dan membangun sebuah
perpustakaan yang cukup bagus Juli 2011.
Seluruh ongkos opersional seperti membayar listrik, langganan Internet,
membeli buku bergambar, lem, pensil, cat warna, atau kanvas ditanggung
Eko yang mendapat penghasilan sebagai penjaga stan pemeran buku di
berbagai kota atau juga dari honor sejumlah cerpen yang dimuat di
tabloid dan majalah.
Inspirasi Indonesia dari malang
dikutip dari sumber aslinya dan sedikit perubahan
http://satu-indonesia.com/index/finalis/1/Eko%20Cahyono%20%28Malang%29.html